04017 2200421 4500001002100000005001500021035002000036006001800056007000300074008004100077040003200118100002700150245012000177250002600297300002800323020002200351020003300373041001200406082001100418084001700429264004900446264001300495336002100508337003000529338002300559520130400582520133701886542003703223650001803260650002603278700003003304740002603334850001303360856016203373990002003535990002003555990002003575INLIS00000000113537620240129113349 a0010-0124000047a g 000 0ta240129 g 0 ind  aJKPNPNAbindcJBPUPMDMerda0 aDesi Anwar,ePengarang1 aApa yang kita pikirkan ketika kita sendirian :bthe art of solitude /coleh Desi Anwar ; alih bahasa, Sofia Mansoor aCetakan pertama, 2020 ax, 221 halaman ;c20 cm a978-602-06-4960-3 a978-602-06-4961-0 (DI GITAL) aioheng a121.63 a121.63 DES a aJakarta :bPT. Gramedia Pustaka Utama,c2020 a©2020 2rdacontentateks 2rdamediaatanpa perantara 2rdacarrieravolume aSalah satu pelajaran yang dapat kita petik dari pandemi adalah cara menyikapi kesendirian. Karantina dan Menjaga Jarak Aman, yang menjauhkan kita dari orang lain, memaksa kita untuk menghadapi sosok yang biasanya sangat jarang kita sediakan waktu baginya. Diri kita. Sosok Diri yang telah kita abaikan saat kita sibuk berinteraksi dengan dunia luar. tetapi yang saat ini tidak dapat lagi kita hindari karena kita menghabiskan lebih banyak waktu di rumah dan menghindari tempat umum. Namun, kita dapat mengubah masa sulit ini menjadi pelajaran yang beragam dan bermanfaat. Dengan mengurangi interaksi sosial, kita jadi memiliki lebih banyak waktu untuk merenungi diri dan berhubungan kembali dengan diri sendiri. Menghabiskan waktu sendirian adalah kesempatan langka dan tak ternilai untuk menemukan hakikat diri kita yang sebenarnya. Kita juga dapat mengajukan pertanyaan mendasar tentang kehidupan dan keberadaan yang mungkin selama ini remeh atau jarang kita pikirkan. anggap Dalam buku ini, yang berisi kumpulan renungan dan pikiran acak yang ditangkap penulis selama masa pandemi, Desi Anwar mencoba menunjukkan bahwa kesendirian bukanlah siksaan atau penderitaan yang harus ditakuti dan dihindari. Apabila dinikmati secara utuh, kesendirian menjadi seni yang mencerahkan sekaligus menyembuhkan. aSaat saya menelusuri berbagai situs Web, menonton video online, memotong status, foto, dan pendapat saya di media sosial, mengunduh berbagai aplikasi ke ponsel pintar saya, membeli barang dan memesan makanan secara online, mengungkapkan perasaan suka dan tidak suka dengan acungan jempol emoji, belas ini, melalui algoritma, berusaha mengenal saya dengan cara yang bahkan tidak pernah dilakukan oleh teman there dekat saya. Dengan sangat terperinci, secara berlebihan, terus menerus, tanpa lelah.Dalam waktu singkat, mesin cerdas ini tahu persis apa yang saya sukai sebagai pribadi. Si mesin tahu hobi saya, minat saya, aneka topik yang menyita perhatian saya, berbagai barang yang saya ingin beli, buku yang saya senang membacanya. Dengan kata lain, setelah bertahun tahun hadir di dunia digital, saya merasa bahwa mesin cerdas ini mulai mengenal saya lebih baik daripada manusia manapun yang pernah mengenal saya. Bahkan mungkin lebih mengenal saya daripada saya sendiri. Saya menjelajah halaman Web atau situs tertentu, itu memberi saya saran dan rekomendasi yang makin lama makin sesuai dengan selera dan kecenderungan sayang, mulai dari saran atau, dibaca, tempat untuk dikunjungi, barang yang bagus untuk dibeli, orang atau situs untuk diikuti, dan seterusnya mencakup hampir semua aspek yang bisa dikatakan memanusiakan saya. aCopyright ©2020 by Desi Anwar 4aPikiran bebas 4aPikiran dan pemikiran0 aSofia Mansoorepenerjemah aThe art of solitude : aJBPUPMDM xhttp://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/sampul_koleksi/original/Monograf/1417140.JPG?rnd=490301258yhttp://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1417140 a00140/PMDM/2023 a00141/PMDM/2023 a00142/PMDM/2023